Dewi Tampilang
Jika kamu ingin memiliki hidup yang penuh petualangan, buatlah target untuk hidupmu. Mimpi hanyalah mimpi jika kamu tidak bergerak untuk mewujudkannya. Proses mengejar mimpi tersebut jauh lebih indah dari memiliki mimpi tersebut.
Senin, 24 Oktober 2016
Minggu, 23 Oktober 2016
Kebudayaan Di Sulawesi Utara
Kebudayaan di Sulawesi Utara
Kebudayaan di Sulawesi Utara. Selain kaya akan sumber daya alam Sulawesi Utara juga kaya akan seni dan budaya yang diwariskan oleh nenek moyang. Berbagai seni dan budaya dari berbagai suku yang ada di Provinsi Sulawesi Utara
justru menjadikan daerah nyiur melambai semakin indah dan mempesona.
Berbagai pentas seni dan budaya maupun tradisi dari nenek moyang
memberikan warna tersendiri bagi provinsi yang terkenal akan kecantikan
dan ketampanan nyong dan nona Manado.
Secara garis besar penduduk di Sulawesi Utara terdiri atas 3 suku besar yakni suku minahasa, suku sangihe dan talaud dan suku bolaang mongondow. Ketiga suku/etnis besar tersebut memiliki sub etnis yang memiliki bahasa dan tradisi yang berbeda-beda. Tak heran Provinsi Sulawesi Utara terdapat beberapa bahasa daerah seperti Toulour, Tombulu, Tonsea, Tontemboan, Tonsawang, Ponosakan dan Bantik (dari Suku Minahasa), Sangie Besar, Siau, Talaud (dari Sangihe dan Talaud) dan Mongondow, Bolaang, Bintauna, Kaidipang (dari Bolaang Mongondow)
Propinsi yang terkenal akan semboyan torang samua basudara (kita semua bersaudara) hidup secara rukun dan berdampingan beberapa golongan agama seperti Kristen, Katolik, Islam, Hindu, Budha dan Kong Hu Chu. Namun dari keaneka ragaman tersebut bahasa Indonesia masih menjadi bahasa pemersatu dari berbagai suku dan golongan.
Secara garis besar penduduk di Sulawesi Utara terdiri atas 3 suku besar yakni suku minahasa, suku sangihe dan talaud dan suku bolaang mongondow. Ketiga suku/etnis besar tersebut memiliki sub etnis yang memiliki bahasa dan tradisi yang berbeda-beda. Tak heran Provinsi Sulawesi Utara terdapat beberapa bahasa daerah seperti Toulour, Tombulu, Tonsea, Tontemboan, Tonsawang, Ponosakan dan Bantik (dari Suku Minahasa), Sangie Besar, Siau, Talaud (dari Sangihe dan Talaud) dan Mongondow, Bolaang, Bintauna, Kaidipang (dari Bolaang Mongondow)
Propinsi yang terkenal akan semboyan torang samua basudara (kita semua bersaudara) hidup secara rukun dan berdampingan beberapa golongan agama seperti Kristen, Katolik, Islam, Hindu, Budha dan Kong Hu Chu. Namun dari keaneka ragaman tersebut bahasa Indonesia masih menjadi bahasa pemersatu dari berbagai suku dan golongan.
Berikut ini beberapa Kebudayaan di Sulawesi Utara
- Budaya mapalus. Mapalus merupakan sebuah tradisi budaya suku Minahasa dimana dalam mengerjakan segala sesuatu dilakukan secara bersama-sama atau gotong royong. Budaya mapalus mengandung arti yang sangat mendasar. Mapalus juga dikenal sebagai local Spirit and local wisdom masyarakat di Minahasa
- Perayaan tulude. Perayaan tulude atau kunci taong (kunci tahun) dilaksanakan pada setiap akhir bulan januari dan diisi dengan upacara adat yang bersifat keagamaan dimana ungkapan puji dan syukur terhadap sang pencipta oleh karena berkat dan rahmat yang telah diterima pada tahun yang telah berlalu sambil memohon berkat serta pengampunan dosa sebagai bekal hidup pada tahun yang baru
- Festival figura. Figura merupakan seni dan budaya yang diadopsi dari kesenian yunani klasik. Seni ini lebih dekat dengan seni pantomim atau seni menirukan laku atau watak dari seseorang tokoh yang dikenal atau diciptakan. Figura merupakan kesenian yang dapat menghadirkan dramaturgi pendek terhadap sosok atau perilaku tokoh-tokoh yang dianggap berperan dalam mengisi tradisi baik buruknya sosok dan watak seorang manusia. Oleh pemerintah kota Manado festival figura diselenggarakan dalam rangka pesta kunci taong layaknya perayaan tulude yang dilaksanakan oleh masyarakat sangihe
- Toa Pe Kong atau Cap go meh. Seperti didaerah lainnya, perayaan/upacara ini juga rutin dilaksanakan di Sulawesi Utara apa terlebih di Kota Manado. Upacara ini dimeriahkan dengan atraksi dari Ince Pia yakni seorang yang memotong-motong badan dan mengiris lidah dengan pedang yang tajam serta menusuk pipi dengan jarum besar yang tajam akan tetapi si Ince Pia tidak terluka ketika
- Pengucapan syukur. Pengucapan syukur merupakan tradisi masyarakat Minahasa yang mengucap syukur atas segala berkat yang telah Tuhan berikan. Biasanya pengucapan syukur dilaksanakan setelah panen dan dikaitkan dengan acara keagamaan untuk mensyukuri berkat Tuhan yang dirasakan terlebih panen yang dinikmati. Acara pengucapan syukur ini dilaksanakan setiap tahun oleh masyarakat suku Minahasa pada hari Minggu umumnya antara bulan Juni hingga Agustus. Saat pengucapan syukur hampir setiap keluarga menyediakan makanan untuk para tamu yang akan datang berkunjung apa terlebih makanan khas seperti nasi jaha dan dodol.
- Festival Pinawetengan. Festival yang dilaksanakan setiap tahun pada tanggal 7 Juli, diawali dengan melakukan upacara adat di batu pinawetengan kemudian dilanjutkan dengan menggelar pertunjukan seni dan budaya Sulawesi Utara di Institut Seni dan Budaya Sulawesi Utara.
Hasil Kejuaraan Asia Junior : PBTI Siap Evaluasi
Hasil Kejuaraan Asia Junior : PBTI Siap Evaluasi
Pengurus
Besar Taekwondo (PBTI) akan mengevaluasi secara menyeluruh terkait
belum terpenuhinya target PBTI usai penyelenggaraan 7th Asian Junior
Taekwondo Championship yang berlangsung 20 Juni hingga 23 Juni lalu.
Indonesia hanya mampu meraih 5 medali perunggu masing-masing 4 perunggu
di nomor pomse dan 1 perunggu di kategori kyurugi pada hari terakhir.
“Secara penyelenggaran saya puas, namun secara prestasi saya merasa
belum puas. Kita akan mencari atlet junior yang masih berpeluang masuk
ke tim nasional. Untuk itu kita akan melakukan evaluasi kembali agar
target sesuai dengan harapana” kata Ketua Umum PB TI Marciano Norman
kepada wartawan usai penutupan 7th Asian Junior Taekwondo Championship
di Jakarta, Minggu (23/6).
Prestasi Korea Selatan (Korsel) benar-benar tidak terbendung untuk
meraih gelar juara umum di 7th Asian Taekwondo Junior Championship and
2th Asian Taekwondo Poomsae Taekwondo Junior Championship. Pada hari
terakhir kemarin, dari tujuh kelas kyorugi yang dipertandingkan, Korsel
sukses merebut enam medali emas. Satu-satunya medali emas tersisa diraih
Iran. Tambahan enam emas itu menjadikan Korsel sebagai juara umum
dengan raihan medali total 15 medali emas, 3 perak, dan 1 perunggu.
Indonesia yang menampilkan tiga taekwondoin di hari terakhir, hanya
mampu menambah perbendaharaan medali perunggu melalui taekwondoin Dinggo
Ardian yang turun di kelas -63kg kyorugi putra. Di babak pertama,
Dinggo menyingkirkan Aref Hagh Niaz (Iran) untuk berhadapan dengan
Tabyldiyev Amantur (Kazakstan) di babak selanjutnya.
Laga Dinggo dan Tabyldiyev berlangsung ketat dan seru. Pada babak
pertama, Dinggo mampu unggul 6-3. Kemudian di babak kedua, justru
Tabyldiyev yang unggul dengan skor 6-8. Beruntung Dinggo kemudian
bangkit dengan dua kali menyerangkan tendangan kaki ke kepala dan dua ke
badan. Saat Dinggo unggul 14-11, ofisial Kazakstan melemparkan handuk
menandakan taekwondoinnya menyerah dan Dinggo melaju ke semifinal.
Sayang di semifinal, Dinggo tidak berkutik di tangan Anas Alorani
(Yordania) dan menyerah dengan skor 3-14 dan harus puas dengan medali
perunggu bersama Lin Chia Hsing (China Taipei). Anas Alorani sendiri
juga gagal meraih emas, setelah di final dikalahkan Li Won Jang
(Korsel).
Menurut Marciano, PBTI akan segera menggelar rapat untuk menentukan
langka selanjutnya. Yang pasti, para atlet junior ini akan tetap
dipertahankan, di samping terus menggali potensi-potensi atlet lain yang
saat ini masih bisa bergabung di Pelatnas.
“Tentunya atlet yang ada ini akan lebih banyak kita beri kesempatan
mengikuti kejuaraan di luar negeri. Di samping itu mungkin kami juga
akan menambah jumlah pelatih berkualitas, mungkin dari Korea Selatan
atau negara lain,” kata Marciano yang juga menjabat Kepala Badan
Intelejen Negara (BIN).
Langganan:
Postingan (Atom)